Polling Oktober 2010
Apakah tampilan Website Dinas Kesehatan Kota Surabaya cukup menarik?:
Banner

SERBA SERBI PROTEIN DAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) BAGIAN 1

Cegah KEP Dengan Deteksi Dini dan Pelihara Status Gizi Anak
Juli 2010

Surabaya, eHealth. Berbicara mengenai gizi dan tumbuh kembang seorang anak seakan tidak ada habisnya. Hal ini karena gizi sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di kemudian hari, terutama mengenai pertumbuhan dan perkembangannya. Energi dan Protein merupakan dua hal yang ikut serta menymbang kualitas tumbuh kembang anak. Bagi para orang tua maupun calon orang tua yang mendambakan sang buah hati tumbuh sehat. Kenalilah terlebih dahulu apa Energi dan Protein, sebelum Anda berkenalan dengan KEP (Kekurangan Energi Protein).
Pengertian Energi
Energi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas. Hubungan energi dalam ilmu gizi adalah saat tubuh menggunakan energi yang terdapat pada zat gizi dengan proses metabolisme makanan.

Energi dibutuhkan untuk semua fungsi vital dari :

  1. Setiap sel dan organ tubuh. Adanya panas pada setiap sel menandakan berlangsungnya siklus anabolisme (proses pembentukan) dan katabolisme (proses pemecahan) dari pergantian sel-sel pada jaringan tubuh dengan sistem transport dan sistem pengaturan suhu tubuh.
  2. Setiap sistem pada tubuh. Energi diperlukan untuk mengatur seluruh sistem sirkulasi, pernafasan, perjalanan sinyal-sinyal saraf dan kontraksi otot. (Butte dalam Tsang & Nichols 1988: 86)
Zat Gizi penghasil energi dikenal dengan nama “makronutrien”, terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kebutuhan energi untuk bayi adalah dasar penting dari semua kebutuhan zat gizi. Apabila kebutuhan energi dapat terpenuhi dengan diet seimbang, masukan zat gizi lain biasanya dipastikan tidak bermasalah. (Butte dalam Tsang & Nicholas 1988: 86)
Energi pada masa bayi sangat diperlukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk:
  1. Metabolisme Basal, merupakan energi yang diperlukan untuk kelangsungan organ tubuh seperti denyut jantung, sirkulasi darah dan cairan, pernafasan, pengiriman sinyal-sinyal syaraf, kontraksi semua otot, juga untuk mempertahankan suhu tubuh. Aktivitas metabolisme dari semua organ vital di atas secara proporsional akan menunjang kenaikan berat badan bayi. Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak pada neonates sangat tinggi yaitu 70% dari total energi metabolisme basal.
  1. Thematic Effect Feeding (TEF), adalah energi untuk mengolah makanan menjadi energi, yang disebut TEF disebut juga Diet Induce Thermogenesis (DIT).
  1. Thermo Regulation, energi untuk pengaturan suhu tubuh sangat penting untuk adaptasi dengan suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang dirasa nyaman untuk bayi, kebutuhan oksigen dan energi untuk basal metabolic rate semakin sedikit.
  1. Aktivitas Fisik,  pada bayi usia 6 bulan pertama, pengeluaran energi untuk aktifitas fisik relatif lebih sedikit. Tidak diperoleh data pasti namun dapat diperkirakan. Dari Rose dan Mayer (1968), diperkirakan pada bayi usia 4-6 bulan, 27% dari masukan energi digunakan untuk aktifitas fisik. Pengeluaran paling banyak untuk aktifitas fisik ialah pada bayi 6 (enam) bulan keatas. (Butte dalam Tsang & Nichols 1988: 88).
  1. Pertumbuhan, Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dalam hal ini membentuk jaringan, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Masukan energi yang diperlukan untuk membentuk susunan (komposisi) jaringan sel-sel.
b. Pengeluaran energi untuk keperluan lain misalnya untuk sintesis. (Nelson 1983: 138) & (Waterlow dalam Tsang & Nichols 1989: 6)
Jumlah energi yang diperlukan untuk menyusun jaringan sekitar 5 kkal/gram pertambahan berat badan. Pada bayi tiga bulan, berat badannya akan bertambah rata-rata 5 gr/kg berat badan/hari. Pada enam bulan bertambah rata-rata 3gr/kg berat badan/hari. (Waterlow dalam Tsang & Nichols 1988:6).
Adanya pertambahan dan pematangan sel pada masa bayi inilah yang membedakan kebutuhan nutrisi dan energi di banding pada orang dewasa.
  1. Energi Terbuang, Jika jumlah dan komposisi makanan/diet telah diketahui, energi yang terbuang melalui tinja dan urine dapat diperkirakan. Perkiraan jumlah energi yang terbuang melalui urine dan tinja sekitar 5 kkal/kg berat badan/hari. (Waterlow dalam Nichols & Tsang 1988: 6)
Rekomendasi masukan energi untuk bayi diperhitungkan dari berat badan (normal) dengan usia bayi. Dianjurkan oleh WHO dalam “Energi and Protein RequirementReport A Joint FAO/WHO ad hoc Expert Comitee WHO Tech Rep Ser no 522 Geneva WHO, 1973
Usia (Bulan)
Kkal/kg BB/hari
Protein gr/kg BB/hari
0 –  3

3 –  6

6 –  9

9 – 12

120

115

110

105

2.40

1.85

1.62

1.44

Pengertian Protein
Seperti halnya energi, pertumbuhan pada awal kehidupan membutuhkan protein dengan proporsi yang tepat. Pada periode pesat tumbuh ini, kebutuhan akan protein lebih diperhitungkan pada tiap unit masukan energi dari pada unit pertambahan berat badan. Pada rasio spesifik dari protein-protein dalam diet, besarnya konsumsi energi dan protein yang sesuai akan menjamin pertumbuhan bayi pada masa pesat tumbuh (WHO/Unicef 1981: 87).
Setiap struktur komponen sel hidup yang terdapat pada otot, syaraf, tulang, gigi, kulit, rambut, kuku, darah dan kelenjar terdiri dari protein. Hampir semua cairan tubuh mengandung protein kecuali urine dan keringat. Seluruh enzym dan hormon terdiri dari susunan protein, contohnya hormon tyroid dan insulin. Banyak pada janin gagal tumbuh oleh karena tiada atau kekurangan enzym dan atau hormon tertentu.
Peran biologis protein begitu unik sesuai namanya yang berasal dari bahasa Yunani dari kata “Proteos” yang artinya “Tempat yang Pertama”. Fungsi utama protein adalah sintesis jaringan. Beberapa fungsi lain dari protein diantaranya adalah :
  1. Men-sintesis jaringan untuk pertumbuhan dan memperbaiki sel yang rusak. Pada keadaan tertentu protein dapat menjadi sumber energi. Tiap gram protein menghasilkan 4 kkal.
  2. Protein sebagai regulator pH darah.
  3. Sebagai cadangan, protein dapat mengkontribusi ion hidrogen sehingga pH darah terpelihara antara 7.35 – 7.45.
  4. Mengatur keseimbangan cairan dalam darah.
  5. Membentuk antibodi yang terbentuk dari “Beta Lymphocites” yang akan membentuk “antibody antigen complexes” untuk melawan infeksi.
  6. Selain itu protein juga mensintesis vitamin dan pembentukan neurotransmitter.
(Claudio & Lagua 1991: 205)
Kenaikan rata-rata pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain protein, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Kebutuhan protein dapat diperhitungkan dengan beberapa cara antara lain:
  1. Rasio dan protein (kkal/gram protein).
Pada ASI rata-rata 75:1 sedangkan pada infant formula 45 : 1. Rasio energi protein sebaiknya tidak melebihi 80:1. (Barness & McLeish dalam Brunser G 1991:338-339)
 
  1. Berdasarkan Berat Badan dan Umur Bayi.
Kebutuhan protein yang dianjurkan menurut Committee on Dietary Allowance, Food and Nutrition Board, National Research council, RDA 1980. Bayi umur 0-6 bulan memerlukan 2.2 gr/kg berat badan/hari. Sedang bayi umur 7-12 bulan: 2 gr/kg berat badan/hari. Angka di atas termasuk untuk memenuhi kebutuhan cadangan protein (safety margin).
Hubungan Protein dan energy
Metabolisme protein dan energi berhubungan sangat erat. Protein tubuh terus menerus berganti (protein turnover), seperti pada proses sintesis jaringan dengan kecepatan dan ketepatan luar biasa.
Kecepatan proses pergantian dan sintesis protein secara proporsional berbanding terbalik dengan umur. Makin muda usia, proses sintesis jaringan untuk pertumbuhan atau perbaikan makin pesat. Untuk proses ini diperlukan kecukupan energi yang harus selalu terpelihara.
Nitrogen adalah protein yang diretensi oleh tubuh yang erat kaitannya dengan energi. Tambahan masukan energi akan meningkatkan keseimbangan nitrogen meskipun jumlah masukan protein pas-pasan (pada tingkat minim) (Zlotkin 1986 dalam William dalam Mclaren 1991: 31). Dengan adanya proses tersebut, kebutuhan protein dan energi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan ternyata selaras. (bersambung)

 

Share this

Banner KTR

KTR dan KTM Surabaya
PERDA Kota Surabaya No 5 tahun 2008

Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

download disini

 PERWALI Kota Surabaya No 25 tahun 2009

Tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas merokok

download disini


Counter

    Anda pengunjung ke:

    1,111,142

    Sejak Oktober 2007

    Unique Visitor: 631,766

Statistik