Polling Oktober 2010
Apakah tampilan Website Dinas Kesehatan Kota Surabaya cukup menarik?:
Banner

Tenny Septania, dr.

dr. Tenny Septania Profile 1Surabaya, eHealth. Siang itu, sekitar pukul 12.00 WIB, suasana Puskesmas Banyu Urip saat tim eHealth berkunjung kesana terlihat sepi, karena waktu pelayanan Puskesmas yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB telah berakhir. Meskipun waktu pelayanan Puskesmas yang terletak di jalan Banyu Urip Kidul I/5 ini telah berakhir, tetapi masih banyak petugas Puskesmas yang standby. Bahkan dr. Tenny Septania, Kepala Puskesmas Banyu Urip masih sibuk berkutat dengan laptopnya di ruang Kepala Puskesmas. ”Silahkan masuk mas,” sapa dr. Tenny dengan ramah ketika ditemui tim eHealth.

Ruang kerja Kapus Banyu Urip yang terletak di lantai dua ini terlihat rapi dan terdapat beberapa pigura yang menggantung di kanan kiri dindingnya. Pigura-pigura tersebut tidak hanya berisi foto, tetapi terdapat juga pigura dengan tulisan-tulisan mengenai Puskesmas Banyu Urip. Tidak hanya terpampang visi dan misi serta motto Puskesmas saja, tetapi terdapat foto seluruh petugas Puskesmas Banyu Urip, salah satunya berisi tentang komitmen mereka dalam mempertahankan dan tetap menjalankan manajemen mutu sesuai dengan standar ISO 9001:2000 yang telah dicapai oleh Puskesmas ini.

Saat ditanya mengenai sepak terjang dr. Tenny menjadi tenaga kesehatan, seraya tersenyum ia pun memutar kembali memori masa lalu dan mulai menceritakan pengalaman hidupnya. Sebelum menjadi Kepala Puskesmas Banyu Urip, dokter alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ini telah menjalankan tugas sebagai abdi negara di berbagai daerah di Sumatera dan Kalimantan. Wanita yang sejak kecil bercita-cita menjadi dokter ini memang sangat fokus dalam menjalani hidup, baik itu berkaitan dengan pekerjaan, cita-cita maupun yang lainnya.

Terutama dalam meraih cita-cita masa kecilnya, Tenny kecil selalu yakin akan berhasil menjadi seorang dokter sehingga dirinya terus fokus belajar dan berusaha keras untuk meraih impiannya tersebut. Bahkan sejak duduk di bangku sekolah, ia selalu berusaha agar menjadi yang terbaik demi mewujudkan impiannya sebagai dokter.

Setelah berhasil memasuki salah satu Fakultas Kedokteran dari Universitas Sriwijaya Palembang, ia merasa selangkah lebih dekat untuk mewujudkan cita-citanya. Bahkan dirinya mendapatkan sesuatu yang tidak diduga selama menjalani tahapan untuk menjadi dokter, yaitu ’pasangan hidup’. Setelah menjalani masa penjajakan selama 8 tahun dengan pujaan hatinya, akhirnya Tenny menikah dengan teman seangkatannya di FK Unsri. ”Suami saya dulu satu angkatan sama saya pada waktu kuliah,” ungkap suami dari dr. Ihyan Amri, SpB ini sembari tersenyum mengenang masa kuliahnya di Palembang.

Setelah lulus dari FK Unsri pada tahun 1987, wanita yang murah senyum ini mendedikasikan dirinya menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil. Pada tahun 1987, dirinya dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Muara Rupit Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Bahkan setelah 3 tahun di Puskesmas Muara Rupit, dr. Tenny muda pindah tugas sebagai dokter di RSUD M. Husein Palembang. Sejak tahun 1990 dr. Tenny bertugas sebagai dokter ICU di RSUD M. Husein.

Tetapi selama tujuh tahun bertugas di Rumah sakit Umum Daerah di Palembang, tahun 2007 dr. Tenny mengikuti suami pindah tugas ke Kalimantan. Keluarga, menurut istri dari dr. Ihyan Amri, SpB ini, merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan setiap orang.

Bahkan, salah satu alasan utama dirinya meninggalkan Kalimantan Timur dan pindah ke Surabaya adalah ingin berkumpul bersama keluarga. Meskipun telah bertugas kurang lebih 11 tahun di Kalimantan Timur mulai dari 1997-2008, Ibu satu anak ini mengungkapkan bahwa keluarga merupakan motivasi utama bagi dirinya untuk pindah ke Surabaya.

Pengalaman di Kalimantan Timur

Lebih dari sepuluh tahun bertugas sebagai Pegawai Negeri di Kalimantan Timur, tentu saja dr. Tenny telah mendapatkan berbagai jabatan strategis di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Berau, tetapi hal itu tidak membuat dr. Tenny melupakan keinginannya untuk berkumpul bersama keluarga. ”Lebih memilih keluarga daripada jabatan,” ungkap dr. Tenny singkat ketika ditanya alasan melepaskan jabatannya.

dr. Tenny Septania Profile 2dr. Tenny Septania Profile 2Memang sejak tahun 1997, wanita yang hobi berenang ini telah bertugas di Kalimantan Timur tepatnya di RSUD Panglima Sebaya, Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser. Tetapi dokter kelahiran Jakarta, 27 September 1960 ini hanya setahun bertugas di Kabupaten Paser. ”Mulai tahun 1998-2008 saya pindah tugas di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur,” terang dr. Tenny.

Awalnya Dr. Tenny bertugas di Kabupaten Berau sebagai SMF (Staf Medical Fungsional) RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya di Rumah Sakit Daerah tersebut akhirnya dirinya didapuk sebagai Direktur RSUD dr. Abdul Rivai untuk periode 2001-2005. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, bahkan pada tahun berikutnya wanita yang tidak suka sambal petis ini dipercaya sebagai Kepala Dinas Sosial Kebupaten Berau untuk periode 2005-2006.

”Penghasilan di Berau memang besar, tetapi biaya hidup di sana juga besar,” ungkap ibu dari Ahmed Tesario Ekanuramanta ini. Beberapa kendala lain yang dihadapi dr. Tenny ketika berada di Kabupaten Berau antara lain akses yang tergolong sulit apabila ingin pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan anaknya.

”Kalau ingin pulang kampung jaraknya jauh, harus dua kali naik pesawat (Berau-Samarinda kemudian Samarinda-Surabaya, Red),” ujarnya. Apalagi kalau ada pembakaran hutan, asapnya mengganggu penerbangan sehingga perjalanan dari Berau ke Samarinda harus lewat jalan darat yang memerlukan waktu sekitar 24 jam. Sehingga dengan adanya gangguan asap seperti itu maka waktu tempuh akan semakin lama.

Setelah menjadi Kepala Dinas Sosial Kabupaten Berau, dr. Tenny mendapatkan kepercayaan menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau (Dinkes Berau). ”Wilayah kerja Dinkes Kabupaten Berau terdiri dari tiga wilayah yang berbeda yaitu wilayah kota, pesisir pantai dan pedalaman,” ungkap dr. Tenny.

Meskipun menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau tergolong singkat yakni hanya pada periode tahun 2006-Juni 2008, tetapi banyak pengalaman berkesan yang diperoleh oleh wanita berdarah Sunda ini. Salah satunya adalah pengalaman dalam memberikan pemeriksaan kesehatan di salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di Kabupaten Berau yaitu Pulau Maratua. Untuk diketahui Pulau Maratua adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan mempunyai pemandangan yang indah antara lain Danau Haji Buang dan Danau Tanah Bamban.

”Selain memberikan pelayanan kesehatan massal, di sana (Pualau Maratua, Red) kita juga bisa melakukan snorkling, indah sekali di sana” ungkap mantan Kepala Puskesmas Pucang Sewu Surabaya ini. Memang pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Dinkes Berau di Pulau Maratua hanya dilaksanakan 4 bulan sekali. ”Kira-kira setahun 3 kali kita (Dinkes Berau) ke Maratua, tetapi ada dokternya yang bertugas dan stay di sana serta disiapkan speed boat Puskesmas,” tukasnya.

dr. Tenny dan beberapa petugas kesehatan dari Dinkes Berau menuju ke Pulau Maratua menggunakan Kapal Puskesmas Terapung yaitu kapal yang berisi lengkap alat kesehatan dan peralatan emergency, bahkan terdapat pelayanan rawat inap di dalamnya.

”Pelayanan kesehatan yang dilakukan antar pulau akan dilakukan dengan menggunakan Puskesmas Terapung, di dalam Puskesmas Terapung juga terdapat pelayanan rawat inap bagi pasien,” jelas dr. Tenny.

Tidak hanya memberikan pelayanan di daerah kepulauan, tetapi selama bertugas sebagai Kepala Dinkes Berau dr. Tenny juga memberikan pelayanan kesehatan di daerah pedalaman. ”Kalau dulu memberikan pelayanan ke daerah dan melewati darat, tetapi musim hujan maka mobil Puskesmas akan terseok-seok dan harus ditarik, didorong segala macam,” jelas wanita yang hobi traveling ini.

Memang pada waktu itu jalan yang dilalui oleh petugas Puskesmas masih berupa tanah merah dan sebagian besar jalan trans Kalimantan Timur adalah jalan tanah. Sehingga Dinkes Berau memang menyediakan mobil double gardan dalam memberikan pelayanan di daerah sehingga dapat menarik mobil lainnya. ”Kalau terdapat beberapa mobil yang terperosok, maka akan ditarik satu persatu menggunakan double gardan,” jelas dr. Tenny. 

dr. Tenny Septania Profile 3Salah satu daerah pedalaman yang sulit untuk dilewati oleh pelayanan kesehatan ini adalah daerah Biduk-Biduk. ”Biduk-Biduk itu daerah yang sangat terpencil. Kita ke sana hanya lewat darat tidak bisa lewat mana-mana. Mudah-mudahan sekarang udah lancar, dulu kita melewati 30 jembatan kecil-kecil bahkan beberapa jembatan terbuat dari kayu setapak. Kalau mobil sudah kejeblos kita siap-siap narik saja,” jelas dr. Tenny seraya tertawa mengingat masa-masa itu.

Tidak hanya daerah terpencil yang dihadapi dr. Tenny kala bertugas sebagai petugas kesehatan di Berau. Tetapi pola hidup penduduk pedalaman yang nomaden (berpindah, Red) merupakan tantangan tersendiri. Meskipun warga Berau menyadari pentingnya kesehatan, tetapi akses petugas kesehatan kepada sebagian penduduk pedalaman masih cukup sulit.

”Penduduk pedalaman sulit kita jangkau karena mereka hidup berpindah-pindah untuk membuka ladang,” ujar dr. Tenny. Bahkan alumnus SMAN IV Jakarta ini pernah tiga hari berada di hutan Kalimantan Timur hanya untuk memberi pelayanan kesehatan bagi penduduk pedalaman yang nomaden. ”Saya sempat 3 hari nginep di hutan, bahkan tidurnya dipinggir sungai,” terang dr. Tenny disertai tawa.

Meskipun sebagai tenaga kesehatan, tetapi sebagai manusia, dr. Tenny juga mendapatkan penyakit Malaria ketika bertugas di Berau, bahkan hampir seluruh petugas kesehatan yang ada di Kabupaten Berau juga merasakan hal yang sama. ”Oleh-oleh dari sana adalah Malaria, suami dan anak saya juga terkena malaria,” jelas dr. Tenny. Meskipun pekerjaan, jabatan, pengalaman dan berbagai cerita dia dapatkan di Kabupaten Berau, tetapi ia merasa bahwa keluarga adalah hal terpenting sehingga dia siap untuk memulai pekerjaan baru yang telah menanti di Surabaya. ”Suami dan anak saya berada di Surabaya, bahkan Tesar (anaknya, Red) berada di Surabaya sejak SMA,” ungkap dr. Tenny.

Pusksemas di Surabaya lebih maju, penduduknya lebih padat dan SDM-nya lebih kompeten. Meski demikian, dr. Tenny sebagai Kepala Puskesmas Banyu Urip yang baru telah siap dan tetap fokus untuk menjalaninya. ”Tidak ada pekerjaan yang susah kalau kita menjalaninya dengan ikhlas,” ungkap dr. Tenny dengan bijaksana.(Ito)

Share this

Banner KTR

KTR dan KTM Surabaya
PERDA Kota Surabaya No 5 tahun 2008

Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

download disini

 PERWALI Kota Surabaya No 25 tahun 2009

Tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas merokok

download disini


Counter

    Anda pengunjung ke:

    1,108,136

    Sejak Oktober 2007

    Unique Visitor: 631,502

Statistik