Terlalu Banyak Asupan Makanan pun Menyebabkan Gizi Buruk

Surabaya, eHealth. Negeri yang agraris dan kaya akan hasil alam ini masih bergelung dengan sebuah masalah pelik: Gizi Buruk, terutama yang menimpa anak-anak. Gizi buruk ini terjadi disebabkan oleh KEP (Kurang Energi Protein), menyebabkan variasi kelainan seperti Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor. Nah, bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tangga 25 Januari, saat ini pemerintah mengintensifkan pada program pemulihan gizi buruk. Tetapi tahukah Anda bahwa gizi buruk tidak hanya berarti kekurangan zat gizi pada makanan dan minuman yang di konsumsi? Salah satu varian lain gizi buruk juga berada pada peringkat yang cukup memprihatinkan. Varian tersebut bernama Obesitas.

 

Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas berarti berat badan (BB) yang melebihi BB rata-rata.

 

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal berarti mengalami obesitas.

 

Obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok:

- Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%;

- Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%; dan

- Obesitas berat: kelebihan berat badan >100%.

 

Apa perbedaan obesitas dan overweight? Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, yang membuat BB seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal, dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh.

 

Obesitas di Indonesia

Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak negatif bagi kesehatan seseorang.

 

Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.

 

Mengapa seseorang dapat mengalami obesitas? Berikut beberapa penyebab utama:

 

Faktor genetik

Seseorang dapat mengalami obesitas karena sudah merupakan keturunan dari orangtuanya, sehingga secara genetik hal tersebut tidak dapat dihindari. Di dalam suatu keluarga, sudah pasti ditemukan kesamaan pola makan dan gaya hidup antara orangtua dan anak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

 

Faktor lingkungan

Ternyata lingkungan seseorang pun memegang peranan cukup berarti dalam membentuk keobesitasan pada tubuh seseorang. Termasuk di antaranya adalah perilaku atau pola hidup, contohnya makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang dilakukan, dan lain-lain.

 

Faktor psikis

Stres, depresi, kelelahan yang amat sangat, seringkali mempengaruhi kebiasaan makan dan pola hidup seseorang. Biasanya makan akan menjadi tidak teratur atau justru terlalu banyak makan makanan kurang bergizi seperti junk food, ditambah kurangnya konsumsi zat bermanfaat seperti sayur mayur dan buah-buahan.

 

Obesitas pada Wanita Hamil

Kondisi hamil kerap dijadikan tameng bagi wanita untuk bisa menyantap berbagai makanan dengan porsi di luar kebiasaan. Padahal, gizi dan porsi seimbang sudah cukup untuk menyehatkan pertumbuhan janin.

 

Wanita yang berlebihan berat badan selama kehamilan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menjadi gemuk. Kelebihan berat badan selama kehamilan meningkatkan risiko obesitas pada tahun-tahun setelah melahirkan. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru University of Queenslandin Herston, Australia yang dilansir NYdailynews.

 

Bagaimana Mengetahui Bahwa Anda Obesitas?

Ada beberapa metode seperti mengukur lemak tubuh, menimbang berat badan, dan mengukur Body Mass Index (BMI). Mengukur lemak tubuh tidak dapat memberi hasil maksimal jika tidak dilakukan oleh orang yang ahli, sementara menimbang berat badan pun tidak dapat dijadikan barometer karena bisa saja orang yang berotot dianggap kegemukan.

 

Metode terbaik adalah mengukur BMI. BMI adalah pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

 
  Text Box: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional: BMI = kilogram / meter2<br />
            Rumus: BMI = b / t2

 

 

 

 


Pengobatan
Orang yang obese harus memilih program penurunan berat badan yang aman. Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih program penurunan berat badan yaitu:

- Diet aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein).

- Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.

- Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.(fns/diolah dari berbagai sumber)

Share this

Banner KTR

KTR dan KTM Surabaya
PERDA Kota Surabaya No 5 tahun 2008

Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

download disini

 PERWALI Kota Surabaya No 25 tahun 2009

Tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas merokok

download disini


Counter

    Anda pengunjung ke:

    1,926,690

    Sejak Oktober 2007

    Unique Visitor: 654,326

Statistik